THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Rabu, 20 Mei 2009

JANGAN BEBANI ANAK BACA TULIS

Anak Usia Prasekolah Sebaiknya Diarahkan pada Pembentukan Sikap

Mendiknas Bambang Sudibyo mengingatkan bahwa anak pada usia dini tak pantas dibebani pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Pada usia prasekolah, anak-anak hendaknya justru lebih banyak diarahkan pada pembentukan sikap daripada dijejali pengetahuan dan keterampilan.

"Oleh karena itu, sungguh tidak proporsional jika sejumlah SD melakukan uji baca-tulis dan berhitung pada calon murid. Jika itu terus terjadi, sama saja sekolah bersangkutan menghambat layanan wajib belajar," kata Bambang di Palangkaraya, Jumat (17/3), dalam Rapat Koordinasi Pembangunan bidang Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah.
Rapat yang antara lain mengagendakan sinergi rehabilitasi bangunan sekolah tersebut dibuka Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang, dihadiri bupati/wali kota se-Kalteng. Wacana utama yang mewarnai rapat tersebut adalah sejauh mana meningkatkan angka partisipasi sekolah pada semua jenjang, termasuk menggairahkan semangat belajar pada diri peserta didik sejak usia dini.

Ditemui seusai acara, Mendiknas mengatakan, adalah kekeliruan mendasar jika pengelola TK, SD, dan orangtua murid terjebak paradigma intelegensi akademik semata dalam menakar tumbuh kembang anak. Saat ini memang ada kecenderungan orangtua-terutama ibu-ibu rumah tangga bangga jika melihat anaknya sudah bisa baca-tulis dan berhitung pada usia prasekolah. Padahal, kata Mendiknas, selain kecerdasan akademik masih banyak jenis kecerdasan lain yang mestinya dibiarkan tumbuh dan berkembang dalam diri anak pada usia prasekolah. Prestasi seorang anak tak mesti terpaku pada kemampuan baca-tulis dan berhitung, tetapi bisa juga dilihat pada aspek kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya serta mengendalikan emosi.

"Ironisnya, lembaga pengelola TK-SD yang mestinya meluruskan paradigma tersebut malah ikut mengeksploitasi kesalahkaprahan paradigma yang berkembang di masyarakat," katanya.

Sebetulnya, lanjut Bambang, yang utama adalah bagaimana menumbuhkan pada anak perasaan senang berimajinasi, menggugat, dan menggali hal-hal kecil di sekitarnya. Jika anak sudah memiliki rasa senang untuk hal-hal seperti itu, maka ke depan akan tumbuh rasa senang untuk belajar. Ini artinya terjadi penumbuhan minat dan potensi akademik pada waktu yang dibutuhkan, yakni ketika tantangan dan tuntutan makin besar.

Dalam kaitan dengan standar isi dan standar kompetensi lulusan basil rumusan Badan Standar Nasional Pendidikan yang dijadwalkan tertuang dalam peraturan menteri, akhir Maret ini, menurut Mendiknas, kedua standar tersebut sudah memperhitungkan pengurangan beban belajar pada jenjang SD, termasuk masa-masa transisi di kelas I-III.
Dalam hal ini, pembelajaran di kelas awal SD tak selamanya harus dalam bentuk formal di depan kelas, bisa juga dengan bermain di halaman sekolah dan lingkungan yang sesuai. (CAS/NAR).

0 komentar: